- Advertisement -Newspaper WordPress Theme
Percayalah, Melupakan Dunia Bukan Jalan Hidup Bersama Tuhan

Percayalah, Melupakan Dunia Bukan Jalan Hidup Bersama Tuhan


Semua orang beragama pasti memiliki keyakinan bahwa Tuhan adalah entitas yang maha kuasa atas segala sesuatu, maha tahu, maha adil, maha pengasih dan maha penyayang. Kuasa dan kasih Tuhan-lah yang menentukan peruntungan hidup manusia di dunia ini.

Oleh sebab itu, demi mendapatkan kehidupan yang baik (damai, makmur dan sejahtera) setiap orang beragama berusaha mendapatkan kasih-sayang Tuhan.

Untuk mendapatkan kasih-sayang Tuhan itulah orang berusaha agar bisa hidup bersama Tuhan. Sayangnya pemahaman orang beragama terhadap frasa ‘hidup bersama Tuhan’ itu tidaklah sama.

Ada yang mengira hidup bersama Tuhan artinya mengabdikan seluruh hidupnya untuk Tuhan dengan cara rajin beribadah kepada-Nya. Yang lebih ekstrem lagi adalah anggapan bahwa hidup bersama Tuhan itu artinya melepas semua hasrat keduniawian.

Melepas Keduniawian Adalah Cara Hidup Bersama Tuhan?

Melupakan Dunia Untuk Hidup Bersama Tuhan
Melupakan Dunia Untuk Hidup Bersama Tuhan

Benarkah anggapan dan keyakinan seperti itu, bahwa hidup bersama Tuhan itu artinya mengabdi dan beribadah kepada Tuhan dan melepas hasrat keduniawian? Mungkin benar untuk sebagian kecil orang, tetapi tidak realistis dan mustahil bisa diterapkan oleh sebagian besar manusia. Sebabnya, manusia adalah makhluk biologis, psikologis, dan sosial yang punya kebutuhan.

Sebagai makhluk biologis manusia itu memiliki kebutuhan jasmaniah primer yaitu makan dan minum, sandang (pakaian), papan (tempat berlindung), istirahat (tidur), dan seks. Makan, minum, dan tidur adalah kebutuhan mutlak. Disebut mutlak, karena tanpa itu manusia tidak bisa bertahan hidup.

Sebagai makhluk psikologis manusia memiliki kebutuhan yang berkaitan dengan ruhaninya (kondisi batin) seperti: ingin diterima, dicintai, punya kebebasan (privasi), dan rasa aman. Sebagai makhluk sosial, manusia punya kebutuhan akan esksistensi diri: diakui, dihargai, dihormati, berkuasa, terpandang dan terkenal. Kebutuhan psikologis dan sosial itu meski bisa dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan karena saling terkait.

Sepanjang seseorang (manusia) masih memiliki kebutuhan biologis, psikologis, dan sosial yang besar maka akan sulit, jika bukan mustahil, baginya untuk melepaskan diri dari hasrat keduniawian agar bisa mengabdikan seluruh hidupnya dan beribadah kepada Tuhan.

Hanya orang-orang yang tidak lagi butuh makan dan minum yang lezat, tidak butuh tempat tidur yang bagus, tidak punya ketertarikan seksual dengan orang lain, tidak lagi punya ambisi terhadap kekuasaan, pujian, sanjungan, dan keterkenalan yang ‘mungkin’ bisa menjalaninya.

Dengan begitu, apakah frasa ‘hidup bersama Tuhan’ adalah sesuatu yang absurd, tidak membumi dan tidak manusiawi? Tidak! Bukan ungkapannya yang salah, kitalah yang salah memahaminya. Oleh sebab itu, pemahaman kita terhadap frasa ‘hidup bersama Tuhan’ itu harus diluruskan.

Hidup bersama Tuhan bukanlah hidup ‘menyiksa diri’ melalui pengabdian dan peribadatan kepada Tuhan, apalagi melepaskan diri dari hasrat keduniawian. Melainkan, hidup secara normal/wajar sesuai dengan kapasitas diri masing-masing disertai kesadaran spiritual yang benar.

Kesadaran spiritual adalah kesadaran akan adanya keterhubungan dan kesalingtergantungan antara makhluk hidup dengan alam semesta, antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain, dan antara manusia dengan manusia lainnya. Kesadaran spiritual itulah yang menumbuhkan rasa cinta dan kepedulian pada diri seseorang terhadap sesama makhluk hidup, terlebih terhadap sesama manusia.

Karena cinta kasih itu, sebagaimana diyakini oleh orang-orang beragama, bersumber dari dan merupakan sifat Tuhan, maka orang yang menjalani hidup dengan penuh rasa cinta-kasih dan kepedulian terhadap sesama itulah orang yang menjalani hidup bersama Tuhan.

Tanda-Tanda Bahwa Anda Menjalani Hidup Bersama Tuhan

Tanda Seseorang Menjalani Hidup Bersama Tuhan
Tanda Seseorang Menjalani Hidup Bersama Tuhan

1. Tidak Membenci

Orang yang hidupnya dipenuhi kebencian terhadap sesama sulit untuk merasakan kebahagiaan. Sebab, hari-harinya akan dipenuhi dengan keinginan untuk melihat orang lain (orang yang dibencinya) susah dan menderita.

Ketika orang yang dibencinya tadi justru hidup lebih baik, lebih sukses, lebih makmur, lebih kaya maka semakin menderitalah dirinya. Kebencian adalah api yang membakar jiwa yang membuat hidup seseorang menderita bagai di dalam neraka.

Oleh sebab itu orang hidup bersama Tuhan tidak suka dan tidak pernah memendam kebencian bahkan terhadap orang yang pernah menyakitinya. Baginya, semua pengalaman menyakitkan yang dapatkan dari sesama manusia itu bersumber dari dirinya juga.

Jadi, bukan orang lain yang harus disalahkan tetapi dirinya sendiri.

2. Tidak Kuatir dan Tidak Mengeluh

Orang hidup bersama Tuhan, dengan kesadaran spiritual yang tinggi, tidak pernah mengkhawatirkan masa depannya. Sebab, baginya hidup yang sebenarnya itu adalah saat ini dan di sini, bukan esok atau nanti. Apakah dengan begitu, orang-orang hidup bersama Tuhan itu tidak perlu membuat rencana dan berusaha? Tidak juga.

Berencana dan berusaha tetap perlu tetapi jangan melekat pada hasilnya. Hasil dari sebuah rencana dan usaha itu bergantung pada banyak faktor yang tunduk pada hukum sebab-akibat yang telah dirancang dan ditetapkan oleh Tuhan.

Karena orang berkesadaran spiritual yang tinggi itu percaya bahwa dirinya adalah bagian dari semesta alam yang dikendalikan Tuhan, maka kegagalan rencana dan usahanya itu dia anggap sebagai skenario terbaik Tuhan untuk dirinya.

Oleh sebab itu orang hidup bersama Tuhan tidak suka mengeluh atas semua kegagalan dan kekurangan dirinya. Tanpa kekhawatiran dan keluhan itulah yang menjadikan orang-orang hidup bersama Tuhan selalu bahagia.

3. Berempati dan Murah Hati

Karena meyakini bahwa makhluk dan manusia lain berada dalam satu kesatuan spiritual maka orang-orang yang hidup bersama Tuhan memiliki kepekaan empati terhadap sesama. Derita sesama dia rasakan sebagai derita dirinya juga.

Oleh sebab itu orang hidup bersama Tuhan itu tidak pernah sayang dengan tenaga adan harta untuk membantu sesama agar terbebas dari penderitaannya.

Empati dan cinta-kasihnya terhadap sesama mahkluk Tuhan menjadikan orang-orang yang hidup bersama Tuhan itu pantang merusak alam, menyakiti sesama, apalagi membunuh.

4. Bersahaja

Orang hidup bersama Tuhan itu selalu bersahaja, tidak suka berlebih-lebihan dalam segala hal. Makan, minum, pakaian, rumah atau kendaraan, misalnya, meskipun dia mampu mendapatkannya dalam jumlah yang tak terbatas, tetapi dia tidak pernah mengumpulkan lebih dari yang dia butuhkan.

Jika dengan selusin stel pakaian sudah dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan menutup aurat dengan bersih, rapi, dan pantas setiap hari, buat apa menumpuk pakaian hingga tiga lemari. Jika dengan satu rumah sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal bersama, buat apa membangun/membeli tiga hingga lima rumah.

Itulah cara pandang orang hidup bersama Tuhan tentang fungsi dan manfaat harta. Harta, bagi orang-orang yang berkesadaran spiritual bukanlah symbol gengsi atau status sosial. Oleh sebab itu tidak ada sama sekali dalam pikirannya untuk memamerkan harta yang dia miliki kepada orang lain.



Source link

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Subscribe Today

Exclusive content

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme

Latest article

More article

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme