PARBOABOA, Pematang Siantar – Tingkat pengangguran di Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara, masih mengkhawatirkan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2022, jumlah pengangguran mencapai 12.229 orang.
Jumlah ini didominasi oleh lulusan SMA, mencapai 32,75 persen, diikuti oleh lulusan SMK sebesar 25,88 persen, Sarjana 14,59 persen, SMP 13,71 persen, Diploma 8,79 persen, dan SD maupun yang tidak bersekolah 4,28 persen.
Menurut Pengamat Ekonomi Universitas Simalungun (USI), Darwin Damanik, tingginya angka pengangguran ini disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja di sektor formal.
Oleh karena itu, sektor informal perlu ditingkatkan dan dikembangkan melalui upaya pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di masyarakat.
Selain itu, Darwin juga menekankan bahwa dampak migrasi dari daerah sekitar ke Kota Pematang Siantar turut berkontribusi terhadap tingkat pengangguran yang tinggi.
“Dinas ketenagakerjaan harus terus bekerja sesuai tupoksinya, melalui pelatihan-pelatihan bagi pencari kerja,” tuturnya kepada PARBOABOA. Selasa (19/9/2023).
Lebih lanjut, Darwin mengingatkan bahwa jika masalah ini tidak segera diatasi, akan berdampak pada daya beli masyarakat dan dapat meningkatkan angka kriminalitas.
“Pemko perlu bersinergi dengan stakeholder khususnya perguruan tinggi dalam memperhatikan para pelaku usaha. Begitu juga perlu menarik investor untuk membuka lapangan pekerjaan serta mendorong menginvestasikan ke Pematang Siantar,” tegasnya.
Upaya Pemko Pematang Siantar Tekan Angka Pengangguran
Menanggapi permasalahan tersebut, Kepala Bagian Pemberdayaan Pelatihan Produktivitas Tenaga Kerja (Kabid P3TK) Kota Pematang Siantar, Elin Sayuti, mengakui bahwa upaya pelatihan untuk tenaga kerja di Pematang Siantar masih terbatas.
Oleh karena itu, pihaknya berkomitmen untuk memperbaiki komunikasi antara berbagai instansi terkait dan perusahaan demi meningkatkan kesiapan tenaga kerja dalam berwirausaha dan menciptakan peluang kerja baru.
Saat ini, kata dia, Kabid P3TK tengah melaksanakan empat program pelatihan untuk tenaga kerja hingga akhir 2023, dengan dana yang berasal dari bagian hasil cukai tembakau (DBTCHT). Program-program tersebut meliputi desain grafis, tataboga, perbaikan otomotif dan memasak.